ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN MALARIA
DENGAN MALARIA
A. Konsep Dasar
1.
Pengertian
a.
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000).
b.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut
maupun kronik, disebabkan protozoa genus plasmadium ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali (Mansjoer A, 2001).
c.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya
melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali
tersebar di wilayah tropic).
2. Etiologi
Menurut
sejumlah literatur seperti Mansjoer (2001), mengemukakan bahwa plasmadium
sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesis, yang dapat menyerang manusia
Yaitu :
a.
Plasmadium vivax.
b.
Plasmadium falciparum.
c.
Palasmadium malaria.
d.
Plasmadium ovale.
Penyebaran
malaria juga melibatkan hospes perantaraan: manusia mampu vertebral lainnya dan
hospes defenitif, yaitu nyamuk anopheles.
3.
Klasifikasi Penyakit Malaria
Malaria
dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, sesuai dengan masing masing spesis
penyebabnya, antara lain sebagai berikut :
a. Malaria
Vivax (Malaria Tertiana) Jenis malaria ini disebabkan oleh plasmadium vivax
yang kemudian disebut malaria tertiana, gejalanya adalah demam timbul setiap
hari ketiga, masa tunas biasanya 12-17 hari, bahkan sampai 9 bulan, umumnya
ditandai dengan gejala nyeri kepala, mual, muntah, serta badan lesu. Mula-mula
demam tidak teratur, demam mulai teratur setiap 48 jam sekali, demam timbul
sewaktu siang atau sore hari, suhu badan dapat mencapai 410 C yang merupakan
demam pada malaria. Pada saat palpasi limpa terasa lembek (pada minggu kedua
masa sakit), keadaan klien sampai memburuk mungkin timbul secara hespos pada
bibir, pusing serta mengantuk karena ada gangguan pada otak.
b. Malaria
Ovale (Malaria Ovale) Malaria ini banyak dijumpai di Indonesia, Malaria ini
mirip dengan malaria vivax, dapat sembuh dengan sendirinya dan jarang kambuh.
Jenis malaria ini sering berhubungan dengan malaria lainnya pada orang yang
sama. Gambaran klinisnya tidak murni satu jenis malaria, dan jenis malaria
campuran dapat diketahui setelah melihat parasitnya dalam darah. Malaria ini
tergolong ringan, dapat sembuh sendiri walaupun tanpa diobati.
c. Malaria
Malariae (Malaria Kuartana) Masa tunas malaria ini sekitar 18 hari, dapat juga
sampai dengan 10, serangan demam biasanya muncul setiap hari ke 4 atau 72 jam
sekali. Demam langsung teratur, muncul pada sore hari. Parasit malarianya lebih
sering memasuki sel darah merah yang tua. Malaria kuartana dapat menyerang atau
mengganggu organ ginjal, dapat berlangsung secara menahun, semakin lama
gangguan/kerusakan semakin parah kerusakan ginjalnya. Sel dan jaringan rusak
atau mati. Gejala terkadang lebih berat dibandingkan penyakit malarianya.
Malaria ini biasanya timbul tanpa gejala biasanya ditemukan secara
laboratorium, dalam sel darah merah ditemukan parasit malaria. Penyakit ini
dapat kambuh lagi setelah puluhan tahun bagi orang yang pernah menderita
penyakit tersebut.
d. Malaria
Falciparum (Malaria Tropica) Penyebab malaria ini adalah plasmadium falciparum,
masa tunasnya 9-14 hari, gejala awalnya adalah sakit kepala, pegalinu, lengan
dan tungkai dingin, serta nyeri pinggang, timbul mual dan muntah, dan mungkin
juga diare. Demamnya ringan juga tidak begitu nyata dan penderita tidak tampak
sakit juga penyakit ini tidak di obati maka umumnya berlangsung terus menerus
dan gejala muncul semakin hebat. (Nadesul H, 1996).
4. Patofisiologi
Menurut
Mansjoer A. (2001) daur hidup speses malaria terdiri dari fase seksual eksogen
(sporogoni) dalam nyamuk anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan
hospes vetebral termasuk manusia.
a. Vase
Aseksual
b.
Terbagi atas vase jaringan dan vase eritrosit. Pada
fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang
biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut
skizogoni para eritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir
fase ini skizoni pecah dan merazoit keluar dan masuk aliran darah disebut
spurulasi. Pada plasmadium vivax dan plasmadium ovale, sebagai sporozoid
membentuk hipnozoid dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka
panjang dan rekurens. Fase eritrosit
dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofosoid.
Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi
merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa
antara permulaan infeksi sampai ditemukan parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsic dimulai dari masuknya sporozoid dalam
badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
c.
Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung
betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro dan makrogametosit
dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (Ookinet). Ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi okista. Bila Ookinet pecah, ribuan
sprozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.
5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala
umum atau disebut juga “TRIAS MALARIA“ (malaria paroxysm) secara berurutan :
a.
Periode dingin
Mulai menggigil, kulit dingin dan
kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai
sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung lima belas (15)
menit sampai satu (1) jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
b.
Periode panas
Penderita muka merah, kulit panas
dan kering, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi sampai 40 C atau lebih,
penderita membuka blanketnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri
retro-orbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun),
kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua(2) jam atau lebih, diikuti oleh keadaan berkeringat
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua(2) jam atau lebih, diikuti oleh keadaan berkeringat
c.
Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari
temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita
merasa cape dan sedikit tertidur. Bila penderita bangun akan meras sehat dan
dapat malakukan pekerjaan biasa. Manifestasi klinis yang lain pada Malaria
adalah sebagai berikut:
1)
Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi) pada malaria tertiana (plasamadium Vivax dan plasmadium Ovale), pematangan skizon setap 48 jam maka prioritas demamnya tiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (plasmadium Malariae) pematangan tiap 72 jam dan prioriditas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai dengan serangan demam priodik. Dema khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil 15 menit-1 jam), puncak demam 2-6 jam) dan berkeringat (2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun.
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi) pada malaria tertiana (plasamadium Vivax dan plasmadium Ovale), pematangan skizon setap 48 jam maka prioritas demamnya tiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (plasmadium Malariae) pematangan tiap 72 jam dan prioriditas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai dengan serangan demam priodik. Dema khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil 15 menit-1 jam), puncak demam 2-6 jam) dan berkeringat (2-4 jam). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun.
2)
Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3)
Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena plasmadium Falciparum. Anemia disebabkan oleh:
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena plasmadium Falciparum. Anemia disebabkan oleh:
·
Penghancuran eritrosit yang berlebihan
·
Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced
survival time)
·
Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritopeosisis
dalam sumsum tulang.
·
Ikterus
Ikterus diakibatkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah masa pasien siluar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih berada dalam jaringan hati.
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat:
Ikterus diakibatkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah masa pasien siluar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih berada dalam jaringan hati.
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat:
ü Relaps
jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama
hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.
ü Relaps
jangka panjang (rekurens), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan
pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk kedarah dan
berkembang-biak.
6. Komplikasi Menurut Mansjoer A. (2001)
komplikasi
malaria terdiri dari :
a.
Malaria cerebral (Malaria Komotosoa). timbulnya koma,
kejang-kejang dan parese-paralise dan afasia.
b.
Gangguan hepar, sehingga timbul ikterus ini disebabkan
oleh prenkim hati (Nekrose daerah sentral lobulus hati) dan juga karena
hemolisis eritrosit.
c.
Bilious remiten vever berhubungan dengan komplikasi
hepar dimana timbul muntah-muntah berwarna hijau empedu.
d.
Gangguan pada traktus gastrointestinal, sehingga diare
hebat dan sering mengandung lendir dan darah.
e.
Black water Fever, urine menjadi merah tua atau hitam
akibat hemoglobinuria akibat hemolisis berlebihan.
7. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Hematologi
Kadar hemoglobin menunjukan adanya
anemia dari derajat ringan sampai berat (pada malaria kronis), jumlah leukosit
normal atau lekopenia, laju endap darah meningkat dan jumlah trombosit biasanya
normal.
b. Pemeriksan
Mikorsokopis / Parasitologis.
Mikroskopis
sediaan darah tebal dan sediaan tipis merupakan pemeriksaan yang terpenting.
interpretasi pemeriksaan mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung
parasit dengan interpretasi parasit yang tepat.
c. Pemeriksaan
Imonoserologis.
Pemeriksaan
dianjurkan untuk melengkapi pemeriksaan mikroskopis atau sebagai konfirmasi
jika diidentifikasi spesies parasit, dengan pemeriksaan mikroskopis memberikan
hasil yang meragukan atau jika secara klinis dan pemeriksaan kimia klinis
menunjukan tanda infeksi malaria tetapi pemeriksaan mikroskopis negatif.
d. Pemeriksaan
Biokimia / Kimia Klinis
Pemeriksaan
kimia klinis bukanlah pemeriksaan yang menentukan diagnosis tetapi harus
dilakukan untuk menunjang pemeriksaan yang lain (mikroskopis, hematologis,
imonoserologis) karena penting untuk memantau perkembangn penyakit dan
mendeteksi sedini mungkin adanya komplikasi. Pemeriksaan kimia klinis yang
dianjurkan antaralain bilirubin, kratinin, ureum, glukosa darah, urinalisis
termasuk adanya globinuria, dan faal koagulasi (Plasma Prothrombine Time/PPT
dan Activated Plasma Thromboplastin Time/APTT) (Harijanto, 2000).
Dasar
Data Pengkajian
a.
Aktivitas/
istirahat
Gejala
: Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda
: Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
b. Sirkulasi
Tanda
: Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat
(fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat
dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejela
: Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda
: Distensi abdomen
d. Makanan dan cairan
Gejala
: Anoreksia mual dan muntah
Tanda
: Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot.
Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
e. Neuro sensori
Gejala
: Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda
: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
f. Pernapasan.
Tanda
: Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan
Gejala
: Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati,
ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/
prosedur invasif, luka traumatik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan
malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan seperti
dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):
a. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;
prosedur tindakan invasif
c. Hipertermia
berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
e. Kurang
pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana
keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :
a. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
Tindakan/ Intervensi :
1)
Kaji riwayat nutrisi, termasuk
makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi
masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
2)
Berikan makan sedikit dan makanan
tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi
gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode
anoreksia
3)
Pertahankan jadwal penimbangan
berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi
penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
4)
Diskusikan yang disukai klien dan
masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat
meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
5)
Observasi dan catat kejadian mual/
muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI
dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
6)
Kolaborasi untuk melakukan rujukan
ke ahli gizi
Rasional : Perlu
bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan
utama tidak adekuat), prosedur invasif. Tindakan/ Intervensi :
1) Pantau
terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional
: Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah
tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan
perfusi jaringan.
2)
Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional
: Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.
3)
Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama
masa terapi
Rasional
: Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari
organisme.
4)
Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional
: Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum
5)
Dapatkan spisemen darah.
Rasional
: Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria
c
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung
sirkulasi kuman pada hipotalamus.
Tindakan/
intervensi :
1)
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional
: Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan
diagnosis.
2)
Pantau suhu lingkungan.
Rasional
: Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.
3)
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional
: Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan
kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
4)
Berikan antipiretik.
Rasional
: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
5)
Berikan selimut pendingin.
Rasional
: Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.
d
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh
Tindakan/
intervensi :
1)
Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
Rasional
: Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan
efektifitas dari perfusi jaringan.
2)
Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi
dan perubahan pada tekanan nadi.
Rasional
: Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah
3)
Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
Rasional
: Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah
atau lambat karena hipotensi yang terus menerus, penurunan curah jantung dan
vaso kontriksi perifer.
4)
Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.
Rasional
: Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung
dari kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi
insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko kegagalan pernafasan akut.
5)
Berikan cairan parenteral.
Rasional
: Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan mungkin
dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
e
Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
Tindakan/
intervensi:
1)
Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional
: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.
2)
Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek samping
dan ketaatan terhadap program.
Rasional
: Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan dan
mengurangi kambuhnya komplikasi.
3)
Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional
: Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
4)
Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional
: Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan.
5)
Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Rasional
: Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab
penyakit yang ada.
6)
Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.
Rasional
: Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
7)
Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
Rasional
: Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi