DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh protozoa (genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999). Malaria adalah penyakit infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali.
ETIOLOGI
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale. (Nelson, 1999)
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dalam sel parenkim hati.
MANIFESTASI KLINIK
1. Plasmodium
vivax ( malaria tertiana )
·
Meriang
·
Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat
terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2
minggu setelah infeksi)
·
Keringat dingin
·
Kejang-kejang
·
Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang
dan sendi.
2. Plasmodium
falcifarum ( malaria tropika )
·
Meriang
·
Panas dingin menggigil/ demam ( lebih dari 12 jam,
dapat terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama
2 minggu setela infeksi)
·
Keringat dingin
·
Kejang-kejang
·
Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang
dan sendi.
3. Plasmodium malariae
( malaria kuartana )
·
Meriang
·
Panas dingin menggigil/ demam ( gejala pertama tidak
terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut
kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari )
·
Keringat dingin
·
Kejang-kejang
·
Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang
dan sendi
4. Plasmodium
ovale ( jarang ditemukan ) Dimana manifestasi klinisnya mirip malaria tertiana
:
·
Meriang
·
Panas dingin menggigil/ demam ( 8 sampai 12 jam, dapat
terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2
minggu setelah infeksi)
·
Keringat dingin
·
Kejang-kejang
·
Perasaan lemas, tidak nafsu makan, sakit pada tulang
dan sendi.
PATOGENESIS/
PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi oleh parasit
Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui dua cara yaitu :
1. Secara alami
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria
2. Induksi
yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia,
misalnya melalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir
melalui plasenta ibu yang terinfeksi (congenital). Patofisiologi malaria sangat
kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
a.
Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena :
·
Pecahnya eritrosit yang mengandung parasit
·
Fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak
mengandung parasit
Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
Akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
b.
Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai mediator endotoksin.
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai mediator endotoksin.
c.
Pelepasan TNF ( Tumor necrosing factor atau factor
nekrosis tumor )
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
d.
Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di
permukaannya. Knob ini mengandung antigen malaria yang kemudian akan bereaksi
dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan menempel pada endotel kapiler
alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi bendungan.
PATHWAY
PATHWAY
DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
Anemia pada malaria dapat terjadi akut maupun kronik, pada keadan akut terjadi penurunan yang cepat dari Hb. Penyebab anemia pada malaria adalah pengrusakan eritrosit oleh parasit, penekanan eritropoesis dan mungkin sangat penting adalah hemolisis oleh proses imunologis. Pada malaria akut juga terjadi penghambatan eritropoesis pada sumsum tulang, tetapi bila parasitemia menghilang, sumsum tulang menjadi hiperemik, pigmentasi aktif dengan hyperplasia dari normoblast. Pada darah tepi dapat dijumpai poikilositosis, anisositosis, polikromasia dan bintik-bintik basofilik yang menyerupai anemia pernisioasa. Juga dapat dijumpai trombositopenia yang dapat mengganggu proses koagulasi.
Anemia pada malaria dapat terjadi akut maupun kronik, pada keadan akut terjadi penurunan yang cepat dari Hb. Penyebab anemia pada malaria adalah pengrusakan eritrosit oleh parasit, penekanan eritropoesis dan mungkin sangat penting adalah hemolisis oleh proses imunologis. Pada malaria akut juga terjadi penghambatan eritropoesis pada sumsum tulang, tetapi bila parasitemia menghilang, sumsum tulang menjadi hiperemik, pigmentasi aktif dengan hyperplasia dari normoblast. Pada darah tepi dapat dijumpai poikilositosis, anisositosis, polikromasia dan bintik-bintik basofilik yang menyerupai anemia pernisioasa. Juga dapat dijumpai trombositopenia yang dapat mengganggu proses koagulasi.
Pada malaria
tropika yang berat maka plasma fibrinogen dapat menurun yang disebabkan
peningkatan konsumsi fibrinogen karena terjadinya koagulasi intravskuler.
Terjadi ikterus ringan dengan peningkatan bilirubin indirek yang lebih banyak
dan tes fungsi hati yang abnormal seperti meningkatnya transaminase, tes
flokulasi sefalin positif, kadar glukosa dan fosfatase alkali menurun. Plasma protein menurun terutama albumin, walupun globulin meningkat.
Perubahan ini tidak hanya disebabkan oleh demam semata melainkan juga karena
meningkatkan fungsi hati. Hipokolesterolemia juga dapat terjadi pada malaria.
Glukosa penting untuk respirasi dari plasmodia dan peningkatan glukosa darah
dijumpai pada malaria tropika dan tertiana, mungkin berhubungan dengan kelenjar
suprarenalis. Kalium dalam plasma meningkat pada waktu demam, mungkin karena
destruksi dari sel-sel darah merah. LED meningkat pada malaria namun kembali
normal setelah diberi pengobatan.
2. Diagnosis
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratip maupun preventip.
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratip maupun preventip.
a.
Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan
adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan
satu kali dengan hasil negative tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil
negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah
tepi dapat dilakukan melalui :
·
Tetesan preparat darah tebal
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
b.
Tetesan preparat darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila
dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan
sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah
eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit
> 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting
untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan
pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky. Pengecatan
Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan
yang mudah dengan hasil yang cukup baik.
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine
Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan
latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak
memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran
yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase
dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan
dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah
dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas
sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes
ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
d.
Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962
dengan memakai tekhnik indirect fluorescent
antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap
malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa
hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi
atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi
baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi
antara lain indirect haemagglutination test,
immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.
e.
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
pemeriksaan infeksi, Pemeriksaan ini dianggap sangat
peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan
sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah
parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
KOMPLIKASI
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.
Penderita malaria dengan kompikasi
umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan
sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut
:
1. Malaria
serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30
menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan
penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan
keadaan klinis soporous.
2. Acidemia/acidosis
; PH darah <>respiratory distress.
3. Anemia berat
(Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus
dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati lainnya.
4. Gagal ginjal
akut (urine kurang dari 400 ml/24 jam pada
orang dewasa atau 12 ml/kg BB pada anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai
kreatinin > 3 mg/dl.
5. Edema paru
non-kardiogenik/ARDS (adult respiratory distress syndrome).
6. Hipoglikemi
: gula darah
7. Gagal
sirkulasi atau syok : tekanan sistolik <> 10°C:8).
8. Perdarahan
spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan laboratorik
adanya gangguan koagulasi intravaskuler
9. Kejang
berulang lebih dari 2 kali/24 jam
10. Makroskopik
hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti
malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD)
11. Diagnosa
post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada
jaringan otak.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan malaria dapat dilakukan
dengan memberikan obat antimalari. Obat antimalaria dapat dibagi dalam 9
golongan yaitu :
1. kuinin
(kina)
2. mepakrin
3. klorokuin,
amodiakuin
4. proguanil,
klorproguanil
5. Primakuin
6. Pirimetamin
7. sulfon dan
sulfonamide
8. kuinolin
methanol
9. antibiotic
Berdasarkan suseptibilitas berbagai
macam stadium parasit malaria terhadap obat antimalaria, maka obat antimalaria
dapat juga dibagi dalam 5 golongan yaitu :
1. Skizontisida
jaringan primer yang dapat membunuh parasit stadium praeritrositik dalam hati
sehingga mencegah parasit masuk dalam eritrosit, jadi digunakan sebagai obat
profilaksis kausal. Obatnya adalah proguanil, pirimetamin.
2. Skizontisida
jaringan sekunder dapat membunuh parasit siklus eksoeritrositik P. vivax dan P.
ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal sebagai obat anti relaps, obatnya
adala primakuin.
3. Skizontisida
darah yang membunuh parasit stadium eritrositik, yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinik. Obat ini digunakan untuk pengobatan
supresif bagi keempat spesies Plasmodium dan juga dapat membunuh stadium
gametosit P. vivax, P. malariae dan P. ovale, tetapi tidak efektif untuk
gametosit P. falcifarum. Obatnya adalah kuinin, klorokuin atau amodiakuin; atau
proguanil dan pirimetamin yang mempunyai efek terbatas.
4. Gametositosida
yang menghancurkan semua bentuk seksual termasuk gametosit P. falcifarum.
Obatnya adalah primakuin sebagai gametositosida untuk keempat spesies dan
kuinin, klorokuin atau amodiakuin sebagai gametositosida untuk P. vivax, P.
malariae dan P. ovale.
5. Sporontosida
yang dapat mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk
ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat – obat yang termasuk
golongan ini adalah primakuin dan proguanil.
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MALARIA
1.
Pengkajian
·
Aktivitas/ istirahat
·
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
·
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan
kekuatan.
2.
Sirkulasi
·
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis
) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan
aliran darah.
3.
Eliminasi
·
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran
urine
·
Tanda : Distensi abdomen
4.
Makanan dan cairan
·
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
·
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak
subkutan, dan Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
5.
Neuro sensori
·
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
·
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas
deliriu atau koma.
6.
Pernapasan.
·
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman
pernapasan
·
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
7.
Penyuluhan/ pembelajaran
·
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati,
ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/
prosedur invasif, luka traumatik.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien
dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan
seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
2. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;
prosedur tindakan invasif
3. Hipertermia
berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
4. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
5. Kurang
pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.
Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan malaria
berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah
1. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang
tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
a.
Tindakan/ Intervensi :
·
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Observasi dan catat masukan makanan klien. Rasional : mengawasi masukan kalori
atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
·
Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang
tepat. Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat
setelah periode anoreksia.
·
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara
teratur. Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi
nutrisi
·
Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni. Rasional : Dapat
meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ kontrol
·
Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala
lain yang berhubungan. Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia
(hipoksia) pada organ
·
Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi.
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan
nutrisi.
2. Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan
utama tidak adekuat), prosedur invasif.
a.
Tindakan/ Intervensi :
Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan
hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status
syok/ penurunan perfusi jaringan.
·
Amati adanya menggigil dan diaforosis. Rasional :
Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.
·
Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan
untuk memperbaiki selama masa terapi. Rasional : Dapat menunjukkan ketidak
tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.
·
Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk. Rasional :
Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum
·
Dapatkan spisemen darah. Rasional : Identifikasi
terhadap penyebab jenis infeksi malaria
3. Hipertermia
berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus.
Tindakan/ intervensi :
Tindakan/ intervensi :
·
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan
menggigil. Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut.
Pola demam menunjukkan diagnosis.
·
Pantau suhu lingkungan. Rasional : Suhu ruangan/
jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
·
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan
alkohol. Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol
mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
·
Berikan antipiretik. Rasional : Digunakan untuk
mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
·
Berikan selimut pendingin. Rasional : Digunakan untuk
mengurangi demam dengan hipertermi.
4. Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh
Tindakan/ intervensi :
Tindakan/ intervensi :
·
Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas
perawatan. Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen,
memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.
·
Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat
perkembangan hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi. Rasional : Hipotensi
akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah.
·
Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.
Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung, nadi
dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus menerus, penurunan curah
jantung dan vaso kontriksi perifer.
·
Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas.
Perhatikan dispnea berat. Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai
respon terhadap efek-efek langsung dari kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan
menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko
kegagalan pernafasan akut.
·
Berikan cairan parenteral. Rasional : Untuk
mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk
mendukung volume sirkulasi.
5. Kurang
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif. Tindakan/ intervensi:
·
Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.
·
Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan,
interaksi obat, efek samping dan ketaatan terhadap program. Rasional :
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan dan mengurangi
kambuhnya komplikasi.
·
Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang
tepat dan seimbang. Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan
kesejahteraan umum.
·
Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan.
·
Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan
lingkungan. Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan
mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.
·
Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan
evaluasi medis. Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya
infeksi.
·
Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai
kebutuhan. Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.
0 komentar:
Posting Komentar